Kenali pola inner-critic saat muncul
Inner critic tidaklah terbentuk begitu saja, biasanya ini dibentuk oleh pengalaman masa kecil, ekspektasi masyarakat, serta pesan yang kamu serap dari waktu ke waktu. Inner critic tumbuh dari semua yang telah kamu lihat, dengar, dan alami, hingga menciptakan suara berisik di dalam kepalamu, dari kumpulan masa lalu yang memaksamu untuk memenuhi standar yang mustahil. Inner critic biasanya juga memunculkan perasaan perbandingan.
Inner critic membuat kamu memiliki kebiasaan membandingkan orang lain dengan diri sendiri karena tidak sesuai denga standar, kemudian memicun rasa insecure dan rendah diri. Inner critic juga bisa muncul dari kebiasaan perfeksionisme, mendorong kamu untuk terus-menerus maju demi cita-cita yang sebenarnya mustahil tercapai. Maka langkah yang harus kamu lakukan, kecilkan volume kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain.
Saat kamu mendapati diri sedang dalam mode membandingkan diri sendiri, cobalah untuk kembali fokus pada jalan dan kemajuan diri kamu sendiri. Ingatkan diri kamu sendiri jika perjalan hidup itu unik, dan nilai diri kamu tidak ditentukan oleh posisi orang lain dalam hidup mereka. Mengenali pola-pola tersebut adalah kunci untuk melepaskan diri dari cengkeraman kritikus batin terhadap diri sendiri.
Rutin melakukan journaling
Sederhananya, journaling menjadi aktivitas untuk menuliskan perasaan, pikiran, pengalaman, atau refleksi diri secara berkala. Di mana aktivitas tersebut dapat membantu kita untuk menguraikan beragam isi kepala. Sehingga kita mampu menemukan akar persoalan, perasaan-perasaan terdalam, bahkan alternatif solusi yang seharusnya dilakukan.
Menerapkan journaling secara rutin akan membantu kita tetap waras dalam menjalani hidup yang penuh kerumitan. Metode journaling berdampak positif untuk menjernihkan pikiran serta mengelola emosi guna menjaga kesehatan mental. Dengan begitu, kita akan mudah dalam mendapatkan ketenangan batin.
Perjalanan menjadi dewasa memang dipenuhi oleh persoalan hidup yang lebih menantang sehingga sudah semestinya kita membentengi diri dengan ketenangan. Hal demikian dapat membantu kita untuk tidak gegabah dalam menentukan setiap pilihan maupun tindakan. Pasalnya, dewasa menjadi momen krusial yang berperan penting dalam menciptakan masa depan kita.
Baca Juga: 5 Kebiasaan yang Diam-Diam Dapat Menghambat Kebahagiaanmu, Apa Saja?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Kamu sering kali merasa terlalu dipicu oleh suara-suara kecil yang ada di kepalamu? Mungkin amu merasa harus melakukan sesuatu karena alasan tertentu. Suara itu juga membuat kamu merasa harus melakukan sesuatu karena tunturan aturan dalam diri yang padahal belum sepenuhnya benar. Yup, kondisi itu disebut dengan inner critic. Kritik batin ini bisa menjelma serupa patriarki yang tidak hanya hidup di sekitar kamu, tetapi juga di dalam diri.
Kekuatan batin ini terjalin di dalam pikiran kamu selama bertahun-tahun. Dibentuk dari ekspektasi eksternal, inner critic bisa tanpa henti mempertanyakan nilai, kemampuan, dan impian kamu. Pada akhirnya, inner critic dan menginternalisasi setiap "keharusan" hingga "kewajiban" yang dipaksakan masyarakat, membuat kamu merasa bahwa diri tidak akan bisa memenuhi standar. Jika tidak ditangani, inner critic tanpa sadar dapat menghambatmu berkembang, lalu bagaimana cara menghadapinya?
Baca Juga: 5 Hal yang Harus Kamu Pahami saat Self-Critic Muncul, Kurangi, yuk!
Fokus pada diri sendiri
Seiring dengan perkembangan teknologi, media sosial menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, maraknya penggunaan media sosial secara tidak langsung digunakan sebagai ajang perbandingan. Pasalnya seseorang bisa dengan mudah membagikan momen kehidupan maupun pencapaian yang telah diperoleh melalui media sosialnya.
Maka, kita perlu bersikap lebih bijak dalam menyikapi fenomena tersebut. Pastikan kita tetap fokus pada diri sendiri agar tidak mendambakan kehidupan layaknya orang lain yang terlihat lebih indah. Fokus pada diri sendiri bisa menjernihkan isi kepala yang terkadang terasa penuh dan berisik.
Baca Juga: 5 Kebiasaan yang Bisa Meningkatkan Kreativitas dalam Sehari-hari
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Selain kedua hal tersebut, menjernihkan isi kepala yang terasa berisik juga bisa dilakukan dengan cara berolahraga. Selain membuat tubuh menjadi lebih sehat, berolahraga juga bisa menjaga kesehatan secara mental. Pasalnya, ketika berolahraga tubuh akan melepaskan hormon yang berperan dalam meredakan rasa cemas, khawatir, maupun tekanan dalam diri seseorang.
Maka, mulailah membiasakan diri sendiri untuk melakukan olahraga ringan. Misalnya dengan rutin melakukan workout di dalam rumah. Dengan begitu, artinya kita memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk menciptakan ketenangan guna menjalani hidup dengan lebih baik.
Menginjak usia dewasa membuat setiap orang merasakan kompleksitas kehidupan yang kerap membuat takut atau gelisah. Kondisi demikian membuat seseorang sulit memiliki pikiran yang tenang. Bahkan tak jarang overthinking menjadi kebiasaan yang terus menyiksa diri sendiri. Seringnya, isi kepala terasa berisik lantaran dipenuhi oleh beragam hal. Dimulai dari persoalan masa depan, pekerjaan, finansial, beban ekspektasi, hingga kerumitan dalam hubungan asmara. Oleh karena itu, kita perlu melatih diri untuk bersikap lebih tenang dalam menghadapi fase krusial tersebut. Hal demikian dapat dimulai dengan melakukan kebiasaan seperti berikut supaya isi kepala tidak terasa berisik lagi.
Hindari Kafein dan Alkohol
Kafein dan alkohol dapat memperburuk kondisi kepala berisik, karena keduanya sering memicu kecemasan dan meningkatkan tingkat stres. Ketika Anda mengonsumsi kafein, misalnya, efek stimulannya bisa membuat suara bising di kepala semakin jelas. Demikian pula, alkohol mungkin memberikan efek relaksasi sementara, tetapi setelah itu dapat menyebabkan peningkatan kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi kedua zat ini, terutama saat Anda merasa stres. Sebagai gantinya, fokuslah pada hidrasi dengan meminum cukup air dan mengonsumsi makanan sehat yang bergizi, yang dapat membantu mendukung kesehatan mental dan fisik Anda secara keseluruhan.
Lakukan Aktivitas Fisik
Olahraga secara teratur dapat menjadi cara yang efektif untuk meredakan kepala berisik. Aktivitas fisik tidak hanya meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan, tetapi juga merangsang produksi endorfin, yang dikenal sebagai hormon pereda stres alami. Cobalah berbagai jenis olahraga, seperti berjalan, berlari, bersepeda, atau bahkan melakukan yoga—apapun yang Anda nikmati. Selain itu, penting untuk memastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup dan menjaga pola makan yang sehat. Keduanya berkontribusi besar pada kesehatan mental dan fisik, membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati, sehingga dapat membantu meredakan suara bising di kepala Anda.
Rutin melakulan meditasi
Banyaknya aktivitas yang dilakukan maupun tanggung jawab yang diemban kerap membuat kita bekerja dengan keras. Hingga pada satu titik kita bisa mengalami kejenuhan, burn out, bahkan perasaan tertekan. Isi kepala seolah terasa berisik dengan beragam hal yang sejatinya tidak perlu dipikirkan.
Apabila mengalami hal tersebut, maka kita perlu segera mengatasinya demi kebaikan diri sendiri. Kita bisa melakukan meditasi secara rutin guna menjernihkan pikiran. Lakukan meditasi dengan cara memejamkan mata untuk mempertajam fokus dan memusatkan perhatian guna membuang energi negatif dalam diri. Tindakan demikian membantu kita untuk merasa lebih tenang dan nyaman.
Tetapkan batasan pada "Have-Tos"
Hal yang harus dilakukan atau "have-tos" mewakili banyak peran dan kewajiban yang sering kali harus dipenuhi oleh wanita, bahkan dengan mengorbankan kesejahteraan diri sendiri. "have-tos" yang dimiliki oleh seseorang harus mencerminkan kewajiban yang harus kamu pikul yang pada faktanya bukan aturan mutlak. Melepaskan diri "have-tos" berarti belajar untuk membedakan apa yang benar-benar diperlukan dan apa yang dipaksakan oleh tekanan eksternal.
Mendefinisikan apa yang menurut dirimu benar-benar sesuatu yang harus kamu lakukan ini dimulai dengan refleksi diri yang jujur dan menetapkan batasan untuk kesejahteraan pribadi. Jadi, cobalah renungkan kewajiban yang menurut kamu harus dipenuhi dan nilai apakah kewajiban tersebut benar-benar bermanfaat bagi kamu. Berlatihlah menetapkan batasan yang realistis di sekitar "hal" harus dilakukan ini dengan memprioritaskan apa yang penting dan melepaskan "have-to" dari ekspektasi eksternal.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Baca Juga: 6 Tips Memperbaiki Kesalahan Pola Asuh, Hindari Inner Child!
Tirani dari kata "harus"
Inner critic sering kali berakar dari "keharusan" untuk melakukan sesuatu, karena sudah menjadi tradisi atau norma yang dirimu anggap benar. Aturan ini dapat berasal dari ekspektasi yang mencerminkan standar masyarakat, seperti tentang apa yang harus kamu prioritaskan, bagaimana penampilan yang sesuai standar, dan berbagai seperti apa "seharusnya" diri kamu lainnya. Keharusan ini bertindak sebagai rantai tak kasat mata, mengikat kamu pada cita-cita yang sering kali bukan milik kamu sendiri.
Hasil dari kebiasaan merasa "harus" akibat berbagai faktor eksternal tersebut adalah perasaan tidak mampu, merasa bersalah, dan meragukan diri sendiri secara terus-menerus. Merefleksikan hal-hal yang dianggap keharusan ini dan mempertanyakan asal-usulnya dapat mulai memutus siklus tersebut. Saat kamu mengenali suara inner critic yang berkaitan dengan keharusan ini merupakan harapan eksternal, mulailah memilih aspirasi yang selaras dengan nilai-nilai dalam diri.
Mengurangi penggunaan handphone secara berlebihan
Hampir semua hal dapat kita lakukan dengan menggunakan handphone. Mulai dari berkomunikasi, bertukar pesan, berbelanja, membeli makan, bahkan update dengan berita terkini dari belahan dunia manapun, dan masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan melalui handphone.
Kemudahan yang ditawarkan oleh handphone tak jarang membuat banyak orang kecanduan. Hal demikian tentu tidak baik untuk jangka panjang lantaran bisa mengganggu ketenangan maupun rutinitas sehari-hari sehingga kita perlu mengurangi penggunaan handphone secara berlebihan. Hal demikian dapat membantu kita untuk menikmati kehidupan yang nyata. Pikiran dan perasaan akan terasa jauh lebih tenang.